Uke :3
Jadi dia ditugasin buat bikin cerpen dikampusnya dan dia
mengangkat kisah tentang gue. Gue terharu, termehek-mehek, tersedak dan
terperosok tak bisa bangkit lagi ngedengernya :3 so sweaaat … Cerpen yg berjudul “Elegi Aquila” ini dinilai sama dosennya sebagai cerpen terbaik
seangkatan jurusan dia loh! Hahaha. Bukan apa-apa, karena pake nama gue aja
jadinya terbaik :P. I’m proud enough for
what she done. Gue aja bacanya speechless.
Iya, gue nggak sanggup berkata-kata karena mulut gue dilakban sama dia biar gak
ketawa duluan. Tapi kenyataannya gue malah nangis bacanya :’). Buat Uke yg
selalu minta namanya dimasukkin ke dalam blog gue (hehe, semoga gue gak
dijumroh kalo dia baca kalimat yg ini >.<), this part is specially for you. Selamat membaca!
Elegi Aquila
By: Anindyah
Nuke Indraswari
Sudah
seharusnya nama menjadi cerminan diri, sekalipun nama itu ganjil terdengar,
tapi itu penting. Sebuah nama bukan sekedar hiasan diri. Dibutuhkan arti untuk
memperindahnya.
1998.
Awal aku bertemu dengan dia. Ya … “Dia”. Aquila namanya. Berkulit putih,
berhidung mancung, mata besar yg bersinar dan rambut selegam arang. Aquila yg
cantik. Aquila sahabat pertama yg aku dapatkan di masa taman kanak-kanakku. Selalu
aku perhatikan gerak langkah cerdik Aquila.
Aquila
berarti elang. Tetapi berarti juga sebuah bintang paling bersinar di langit
sana. Seperti namanya, Aquila selalu melakukan pergolakan yg berarti. Kecantikannya
membuat ia memenangkan lomba kartini masa TK, otak briliannya mengantarkannya
mendapat sekolah-sekolah lanjutan favorit di kota ini. Aku dan Aquila, bagai
bumi dan bintang di langit. Perbedaan sangat jauh, tapi entah mengapa aku
selalu ditakdirkan mendampinginya.
“You’re smart, but you’re lazy. Dan kamu
sangat cantik tetapi sungguh tak mau tahu akan dirimu”. Ia selalu mengatakan
kalimat itu padaku. Entah mengapa perbedaan kami tak pernah menjadi halangan
untuk menjadi seorang sahabat.
Aquila
dengan segala tekanan ego ayahnya agar selalu menjadi juara sekolah, terkadang ia
berfikir ingin menjadi diriku yg serba biasa ini. Ia sering mengeluh akan sikap
ayahnya yg selalu ingin Aquila menjadi yg pertama atas segalanya.
“Syukuri
saja semua yg kamu punya. Jika aku jadi kamu, pastilah aku bangga dengan diriku
yg seperti itu!”. Dengan berat Aquila menjawab, “Kamu hanya membayangkan
bagaimana menjadi aku, bukan yg merasakannya. Semua yg aku punya bukan
segalanya. Hidup ini hanya sekali, sekalipun tak ingin aku sia-siakan. Aku
hanya ingin menjadi gadis remaja tanpa tuntutan menjadi selalu nomor satu”.
Aquila
memang gampang emosi. Apalah arti kata-kata yg keluar dari mulutku jika ia
sedang marah dan bermuram durja? Sebagai sahabat aku hanya ingin selalu
mengerti dirinya.
Masa
SMP telah usai. Dengan segala kemampuanku akhirnya aku memutuskan untuk berbeda
SMA dengan Aquila. Tentu ia protes, “Siapa lagi nantinya yg bisa jail ke aku
kalau kamu tidak bersamaku?”, begitu protesnya. Aku memang selalu mengganggunya
saat kami masih satu sekolah. Itu aku lakukan semata-mata hanya karena ingin ia
melupakan kesibukannya sebagai “anak pintar”.
Aquila
melebarkan sayap. Di SMA-nya ia semakin berprestasi dan semakin banyak
mempunyai teman yg satu pemikiran dengannya. Aku tersingkir. Aku sudah menduga
ini akan terjadi. Lambat laun komunikasiku dengannya semakin jarang. Aku
sungguh sangat memaklumi tanpa rasa cemburu.
Akhir
2011, mendadak saja aku sangat merindunya. Kudengar ia mendapat perguruan
tinggi kenamaan di kota sana, dan aku hanya menetap di daerah asal walaupun
tetap berkuliah.
Suatu
malam di bulan Desember 2011 aku mendapat pesan dari Aquila. “I miss you badly. Bisa ketemu dirumahku
besok? Pukul 4 sore. Banyak yg ingin aku ceritakan dan aku perlihatkan”. Aku
membalas pesan itu dengan balasan yg berisi kesediaanku.
Keesokan
harinya, aku menemui Aquila dengan harapan aku akan kembali melihat wajah
ayunya setelah sekian lama. Seketika bayanganku akan Aquila hilang begitu saja.
Yang aku lihat hanya seorang gadis bermuka cekung, pucat seperti mayat hidup.
Aquila duduk di kursi roda. Perlahan air mataku mulai mengalir. “Apa yg terjadi
padamu?”. “Aku sakit. Dokter memvonis aku mengidap kanker stadium akhir. Aku
sangat takut. Aku butuh kamu. Selama ini aku selalu butuh kamu. Aku mohon
jangan hilang lagi dari aku”. Mendengar ucapannya tanpa berlama-lama aku
langsung memeluknya. Kejatuhan Aquila membuat ia ditinggalkan teman-temannya
satu persatu. Aku merasa menjadi sahabat yg sangat tidak berguna.
Hari
demi hari berlalu, Aquila seperti kehilangan dirinya yg bersinar dulu. Aquila tak
lagi menjadi idola. Ia hanya terbaring lemah di rumah dan sesekali melakukan
kemoterapi di rumah sakit. Aku tak pernah lalai memberi semangat untuk dirinya.
Aku sangat sakit dan sangat menderita dengan melihat kondisinya. Aquila yg
cantik sekarang terlihat seperti mayat hidup. Wajahnya pucat, rambut hitam
legamnya telah habis dan digantikan oleh wignya.
Sesekali
Aquila ingin bersama denganku pergi berjalan-jalan. Tatapan miris orang-orang
selalu menjadi beban untuknya. “Apa kamu tidak malu berteman dengan diriku ini?”,
tanya Aquila. Dengan mantap aku menjawab, “ Sekalipun aku tak pernah malu. Kamu
itu tetap kamu yg dulu. Persetan dengan kankermu itu!”. Ia bilang semua yg aku katakan
adalah semangat bagi dirinya.
Pada
pertemuan kami berikutnya, ia bertanya, “Apakah aku berhak untuk mendapatkan
cinta seorang lelaki dengan kondisiku yg begini adanya?”. “Tentu. Lelaki yg
baik untukmu tak akan memandang fisik melainkan hati”. Lagi-lagi ia menangis.
Ia merasa sudah menyerah dengan segala pengobatan yg ia lalui. Aku turut
merasakan kesedihan dan keputusasaan Aquila. Seandainya aku bisa melakukan
sesuatu untuk membuang penyakitnya jauh-jauh. Sayang, dunia ini bukan dunia
dongeng yg segalanya bisa dilakukan dengan mudah.
Semakin
sering aku berfikir tentang Aquila. Kabarnya sekarang tubuhnya sudah menolak
untuk diberi kemoterapi. Tak kusangka penyakit itu bisa dengan cepat
mengalahkan tubuhnya.
Tak
pernah aku lupa panjatkan doa agar nantinya ada keajaiban untuk Aquila-ku,
sahabat kecilku …
Untuk Ferina Aquila
yang sedang berjuang
4 komentar:
uke.. i miss u soo, pernah gag sih jengkel sama mper? kalo aku sering.. Pengen banget baca sms rina yg terakhir buat anak2 satu kelas pas mau UAN SMP.. RRRRRRrrrrr~ itu mendadak hilang karena udah baca postingan ini. salam sayang buat mper + uke.
Nice..:)
sahabat sejati takkan meninggalkan sahabat'y walau dalam ke'ada'n apapun,.
Spt d'kisah2 film..
But,.it's Real..:D
anonim: i know who you are :DD untung mau ngaku d bbm hehehe. Deeply sorry kalo dulu ngeselin ... sayang km juga *hugs*
ridwan: :)) hehe iya
aku yg bikin, tapi aku yg sllu merinding bacanya :'D , absolutelly will miss you mper. syg kamu endul :* maaf blm bsa mnjdi shbt yg baik selama 15thn kita kenal.
Post a Comment