Tuesday, May 14, 2013

Scan: A Sign of Dead or Alive

Diposkan oleh Unknown di 4:17 AM

GUE OGAH SCAN. Itu yg ada dipikiran gue kemaren kalo nginget bulan depan yg kata dokter adalah jadwal gue scan. Dengan ngeliat kondisi gue yg sekarang, gak perlu scan, ramal meramal atau pun dukun beranak, gue udah tau hasilnya pasti jelek. Tapi karena jatohnya bulan depan, gue berusaha untuk rileks dan santai.

Hari Rabu tanggal 8 Mei kemaren gue ke Semarang buat infus Zometa dan cek up seperti biasa. Beberapa hari sebelumnya, ibu pesen kursi roda buat gue dan tepat di malam sebelum keberangkatan paketan kursi roda gue dateng. Ya gue kan udah gak bisa jalan jauh karena kaki kanan gue gak kuat buat napak. Sekalinya dipake jalan juga nyeret telapak kaki kanan gue sama lantai padahal kaki udah gue angkat setinggi mungkin sampe legging macan tutul gue robek di bagian selangkangan tapi seolah-olah kaki kanan gue keberatan telapak kakinya. I have no choice jadi yaudah gue terima aja kalo gue harus pake kursi roda. Setidaknya itu lebih kedengeran terhormat dan elegan ketimbang betis gue aus gue pake ngesot.

kursi roda gue

Besoknya gue, ibu, bapak, dan sopir berangkat dari rumah pukul 7 pagi. Kalo biasanya kita langsung Tegal-Semarang-Tegal dalam sehari, kali ini dengan memperhitungkan kondisi gue yg kayaknya gak memungkinkan banget langsung pulang pergi dalam sehari apalagi naiknya mobil yg makan waktu 4-5 jam dan bukannya buroq, ibu memutuskan untuk usai cek up dan infus kita bermalam dulu di hotel Metro baru siangnya pulang kerumah. Alhamdulillah selama perjalanan ke Semarang gue gak kumat di jalan.

Setibanya di rumah sakit, gue langsung dibawa ke ruang sitos untuk diinfus Zometa biar tulang gue kuat, sukur-sukur jadi besi kayak Gatotkaca dan gak keropos akibat efek kemo yg pernah gue jalani. Gue SMS dokter gue buat nemuin gue disana karena gue mulai agak kesakitan dan gak bisa duduk lama di poliklinik. Gak berapa lama dokter gue dateng.

Ibu menanyakan benjolan yg mulai kelihatan di sisi pantat kanan gue. Memang sekitar 2 mingguan yg lalu, sisi kanan pantat kanan gue kayak mulai timbul benjolan yg terasa kenceng, pegel, sakit dan nyeri kalo kesentuh dikit aja. Gue udah feeling itu kankernya. Ini yg bikin gue menderita setiap kali kumat. Belum lutut belakang, paha belakang dan pergelangan kaki. Pokoknya semua bagian kaki kanan gue sakit banget banget dan rasa panas di kaki itu mulai ada lagi. Dokter pun nyaranin gue buat scan besoknya, apalagi karena kita punya rencana bermalam di hotel sini. JEDDEERR! Scan yg seharusnya bulan depan tiba-tiba harus gue lakuin BESOK. Perasaan gue campur aduk ngedengernya. Antara kepo pengen tau berapa ukuran selnya, khawatir tiba-tiba pas proses scan gue kesakitan terus dipaksa tahan sama petugasnya karena jujur aja gue gak bisa nahan, takut juga karena gue udah beberapa kali scan dan semua perawatnya annoying. So much i worry about! Gue panik dan gugup.

Setelah dokter memberitahu bahwa usai diinfus gue harus cek darah ke laborat untuk keperluan scan besok, beliau menuliskan resep obat tambahan biar rasa sakit gue berkurang. Dokter berjalan menuju meja perawat diikuti ibu dan lamat-lamat terdengar suara perbincangan mereka karena ruang sitos saat itu sepi.

“Dok, apa anak saya ada harapan sembuh ya, Dok?”

Terdengar helaan nafas berat.

“Ibu, selama ini yg saya bisa berikan hanya obat-obatan untuk mengurangi rasa sakitnya. Bukan untuk menyembuhkannya. Kita sama-sama tau bahwa penyakit anak ibu sudah masuk stadium IV. Memang sulit. Kemo sudah dijalani dan selesai semuanya. Harapannya tinggal radiasi. Itu pun tidak akan membuat anak ibu bersih dari kanker kalau berhasil karena radiasi sifatnya lokal sementara kanker sudah menyebar”.

Gue diem. Gue sudah menduga dari awal suatu saat ini terjadi. Bahwa kecil harapan gue untuk sembuh. Apalagi stadium akhir. Gue bisa aja salah kalo tiba-tiba ada keajaiban dan nyatanya gue sembuh. Tapi ini bukan negeri dongeng. Inilah yg terjadi! Mau gak mau gue harus menerima kenyataan. Gue sudah ikhlas dan pasrah sama Tuhan. 

Besoknya scan berjalan lancar. Gue nunggu hasilnya selama 3 jam dan ketika gue buka sayangnya disana gak tertera ukuran pasti sel kankernya berapa senti seperti biasanya. Dari sekian kata-kata medis yg tercetak, gue hanya bisa menyimpulkan bahwa kanker gue bertambah besar dan mendesak rahim gue, kemudian ada beberapa dislokasi yg terjadi. Gue tersenyum kecut. Jadi setelah ini gue akan melalui proses radiasi yg entah kapan dimulai? Meskipun itu gak akan membebaskan gue dari kanker, haruskah tetap gue jalani? Gue merasa semakin dekat dengan kematian. Lagu ‘Cancer’ dari My Chemical Romance mulai terngiang di telinga gue. Berbagai pertanyaan menyerang pikiran dan benak gue hingga gue merasa pusing dan akhirnya terlelap tidur selama perjalanan pulang. Entah gimana kedepannya.

hasil scan yg gue terima

Nb: Mungkin kedepannya gue akan jarang update blog karena gue udah sering kumat dan mulai disibukkan sama persiapan radiasi yg sepertinya akan gue jalani dan ini cukup makan pikiran. Tapi kalau gue lagi enakan dan punya waktu, gue akan sempetin update blog untuk ngabarin perkembangan gue selanjutnya meskipun tulisan gue nantinya gak bisa panjang. Doakan yg terbaik untuk gue ya :’) makasih banyak ... Semoga Tuhan melindungi kita semua. Amin.

0 komentar:

Post a Comment

 

Life Afterlife Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos