GUE OGAH SCAN. Itu yg ada
dipikiran gue kemaren kalo nginget bulan depan yg kata dokter adalah jadwal gue
scan. Dengan ngeliat kondisi gue yg
sekarang, gak perlu scan, ramal
meramal atau pun dukun beranak, gue udah tau hasilnya pasti jelek. Tapi karena
jatohnya bulan depan, gue berusaha untuk rileks dan santai.
Hari Rabu tanggal 8 Mei
kemaren gue ke Semarang buat infus Zometa dan cek up seperti biasa. Beberapa
hari sebelumnya, ibu pesen kursi roda buat gue dan tepat di malam sebelum
keberangkatan paketan kursi roda gue dateng. Ya gue kan udah gak bisa jalan
jauh karena kaki kanan gue gak kuat buat napak. Sekalinya dipake jalan juga
nyeret telapak kaki kanan gue sama lantai padahal kaki udah gue angkat setinggi
mungkin sampe legging macan tutul gue
robek di bagian selangkangan tapi seolah-olah kaki kanan gue keberatan telapak
kakinya. I have no choice jadi yaudah
gue terima aja kalo gue harus pake kursi roda. Setidaknya itu lebih kedengeran
terhormat dan elegan ketimbang betis gue aus gue pake ngesot.
kursi roda gue
Besoknya gue, ibu, bapak,
dan sopir berangkat dari rumah pukul 7 pagi. Kalo biasanya kita langsung
Tegal-Semarang-Tegal dalam sehari, kali ini dengan memperhitungkan kondisi gue
yg kayaknya gak memungkinkan banget langsung pulang pergi dalam sehari apalagi
naiknya mobil yg makan waktu 4-5 jam dan bukannya buroq, ibu memutuskan untuk
usai cek up dan infus kita bermalam dulu di hotel Metro baru siangnya pulang
kerumah. Alhamdulillah selama perjalanan ke Semarang gue gak kumat di jalan.
Setibanya di rumah sakit,
gue langsung dibawa ke ruang sitos untuk diinfus Zometa biar tulang gue kuat,
sukur-sukur jadi besi kayak Gatotkaca dan gak keropos akibat efek kemo yg
pernah gue jalani. Gue SMS dokter gue buat nemuin gue disana karena gue mulai
agak kesakitan dan gak bisa duduk lama di poliklinik. Gak berapa lama dokter
gue dateng.
Ibu menanyakan benjolan yg
mulai kelihatan di sisi pantat kanan gue. Memang sekitar 2 mingguan yg lalu,
sisi kanan pantat kanan gue kayak mulai timbul benjolan yg terasa kenceng, pegel,
sakit dan nyeri kalo kesentuh dikit aja. Gue udah feeling itu kankernya. Ini yg bikin gue menderita setiap kali
kumat. Belum lutut belakang, paha belakang dan pergelangan kaki. Pokoknya semua
bagian kaki kanan gue sakit banget banget dan rasa panas di kaki itu mulai ada
lagi. Dokter pun nyaranin gue buat scan
besoknya, apalagi karena kita punya rencana bermalam di hotel sini. JEDDEERR! Scan yg seharusnya bulan depan tiba-tiba harus gue lakuin BESOK. Perasaan
gue campur aduk ngedengernya. Antara kepo pengen tau berapa ukuran selnya,
khawatir tiba-tiba pas proses scan
gue kesakitan terus dipaksa tahan sama petugasnya karena jujur aja gue gak bisa
nahan, takut juga karena gue udah beberapa kali scan dan semua perawatnya annoying.
So much i worry about! Gue panik dan gugup.
Setelah dokter memberitahu
bahwa usai diinfus gue harus cek darah ke laborat untuk keperluan scan besok, beliau menuliskan resep obat
tambahan biar rasa sakit gue berkurang. Dokter berjalan menuju meja perawat
diikuti ibu dan lamat-lamat terdengar suara perbincangan mereka karena ruang
sitos saat itu sepi.
“Dok, apa anak saya ada
harapan sembuh ya, Dok?”
Terdengar helaan nafas
berat.
“Ibu, selama ini yg saya
bisa berikan hanya obat-obatan untuk mengurangi rasa sakitnya. Bukan untuk
menyembuhkannya. Kita sama-sama tau bahwa penyakit anak ibu sudah masuk stadium
IV. Memang sulit. Kemo sudah dijalani dan selesai semuanya. Harapannya tinggal
radiasi. Itu pun tidak akan membuat anak ibu bersih dari kanker kalau berhasil karena
radiasi sifatnya lokal sementara kanker sudah menyebar”.
Gue diem. Gue sudah menduga
dari awal suatu saat ini terjadi. Bahwa kecil harapan gue untuk sembuh. Apalagi
stadium akhir. Gue bisa aja salah kalo tiba-tiba ada keajaiban dan nyatanya gue
sembuh. Tapi ini bukan negeri dongeng. Inilah yg terjadi! Mau gak mau gue harus
menerima kenyataan. Gue sudah ikhlas dan pasrah sama Tuhan.
Besoknya scan berjalan lancar. Gue nunggu
hasilnya selama 3 jam dan ketika gue buka sayangnya disana gak tertera ukuran
pasti sel kankernya berapa senti seperti biasanya. Dari sekian kata-kata medis
yg tercetak, gue hanya bisa menyimpulkan bahwa kanker gue bertambah besar dan
mendesak rahim gue, kemudian ada beberapa dislokasi yg terjadi. Gue tersenyum
kecut. Jadi setelah ini gue akan melalui proses radiasi yg entah kapan dimulai?
Meskipun itu gak akan membebaskan gue dari kanker, haruskah tetap gue jalani?
Gue merasa semakin dekat dengan kematian. Lagu ‘Cancer’ dari My Chemical
Romance mulai terngiang di telinga gue. Berbagai pertanyaan menyerang pikiran
dan benak gue hingga gue merasa pusing dan akhirnya terlelap tidur selama
perjalanan pulang. Entah gimana kedepannya.
hasil scan yg gue terima
Nb:
Mungkin kedepannya gue akan jarang update
blog karena gue udah sering kumat dan mulai disibukkan sama persiapan radiasi yg
sepertinya akan gue jalani dan ini cukup makan pikiran. Tapi kalau gue lagi enakan dan punya waktu, gue akan
sempetin update blog untuk ngabarin
perkembangan gue selanjutnya meskipun tulisan gue nantinya gak bisa panjang.
Doakan yg terbaik untuk gue ya :’) makasih banyak ... Semoga Tuhan melindungi
kita semua. Amin.
0 komentar:
Post a Comment